Jumat, 27 Januari 2017

CRITICAL READING: How Metaphor Can Give Meaning By Mark Lakoff and George & Johnson

How Metaphor Can Give Meaning
Review Teks “How Metaphor Can Give Meaning to Form”
Dalam mengungkapkan sesuatu, baik melalui bahasa lisan maupun bahasa tulis, kita menggunakan tata urutan linear, yaitu sebuah konsep bagaimana sebuah kata di ucapkan lebih dulu dari pada kata lainnya. Konsep ini berkorelasi dengan waktu dan secara metafora, waktu berkorelasi dengan ruang. Dari hubungan korelasi tersebut muncul konsep ruang yang dalam teks ini disebut sebagai spatial concept. Melalui konsep inilah, linguistik akan menjelaskan bagaimana korelasi bentuk kalimat metafora dengan isi yang disampaikan. Terdapat empat metafora umum dalam bahasa inggris yang dibahas dalam teks ini, yaitu;

More of Form Is More of Content
Ungkapan metafora diatas menunjukkan hubungan spasial antara bentuk dan isi. Linguistik sebagai wadah sedang isi dalam wadah tersebut adalah makna. Melalui konsep ini, muncul pengertian bahwa semakin besar wadah maka isinya pun semakin banyak; More of Form Is More of Content. Contohnya adalah kalimat He ran and ran and ran and ran. Kalimat tersebut memiliki bentuk yang lebih panjang dari bentuk kalimat He ran. Hal itu menunjukkan bahwa kalimat he ran and ran and ran and ran memiliki isi makna yang lebih dari sekadar dia berlari (He ran). Dari contoh tersebut ditemukan adanya pengulangan kata ran yang membuat kalimat itu memiliki bentuk yang berbeda (lebih panjang) dengan kalimat yang semestinya (He ran). Pengulangan tersebut berfungsi untuk menekankan makna yang lebih dalam dari kalimat yang hanya menggunakan satu kata ran dan satu huruf i.

Closeness Is Strength of Effect
Ungkapan metafora diatas menunjukkan hubungan spasial jarak yang memunculkan konsep bahwa kedekatan akan memberikan efek yang lebih kuat. Contohnya: Sam killed Harry dan Sam caused Harry to die. Di kalimat Sam killed Harry, hanya terdapat satu kata (killed) yang mengindikasi dua kejadian yaitu pembunuhan dan kematian. Sedangkan di kalimat Sam caused Harry to die, terdapat dua kata (caused dan die) yang mengindikasikan pembunuhan dan kematian. Hal ini menunjukkan adanya jarak antara sebab dan penyebab yang lebih dekat pada kalimat pertama, sehingga efek yang dimunculkan pun lebih kuat, sebagaimana metafora Closeness Is Strength of Effect. Melalui contoh kalimat tersebut, dapat diketahui bahwa metafor dapat diaplikasikan dalam kalimat sintaksis dan memiliki makna semantik.

The ME-FIRST Orientation
Cooper dan Ross (1975) telah melakukan observasi tentang cara pikir orang-orang pada umumnya. Konsep individual yang berlaku dalam kehidupan adalah bahwa pada hakikatnya manusia ingin selalu menjadi yang nomor satu. Untuk menjadi nomor satu, orientasinya adalah manusia harus memiliki peran yang “melakukan” bukan yang “diperlakukan”. Maka dari itu, manusia pada umumnya memiliki pemikiran untuk mendapatkan posisi “di atas”, maju “ke depan”, “melakukan”, dan menjadi “baik”. Itulah sebabnya kenapa kata “depan” berada sebelum kata “belakang”, kata “atas” berada sebelum kata “bawah”, kata “aktif” berada sebelum kata “pasif”, dan kata “baik” selau berada sebelum kata “buruk”. Orientasi ini mengarah pada metafora ketiga yaitu Nearest is First: yang terdekat yang utama. Contohnya dalam kalimat The first person on Bill’s left is Sam. Kalimat tersebut mengindikasikan bahwa Sam berada paling dekat dengan Bill, sebagaimana digunakannya kata first. Konsep ini juga berhubungan dengan konsep tata linear yang menentukan kata apa yang harus diletakkan terlebih dahulu.

An Instrument Is a Companion
Contoh umum dari metafora ini dapat ditemukan pada tingkah atau kebiasaan anak kecil yang berbicara kepada bonekanya. Boneka disini adalah sebuah instrument yang berperan sebagai teman main dari si anak. Contoh dalam bahasa tulis dapat dilihat melalui kalimat Me and my old Chevy have seen a lot of the country together. Dari kalimat tersebut dapat teridentifikasi bahwa Me dan my old chevy adalah instrument dalam kalimat tersebut, dan kedua instrument tersebut membentuk peran sebagai rekan; An Instrument Is a Companion.
Dalam grammar, kita bisa menggunakan preposisi with, in dan at untuk mengindikasi baik instrumen maupun companion. Preposisi in dan at yang mengacu pada keterangan waktu dan tempat sangat berkorelasi dengan konsep metafora spasial. Penggunaan presposisi in dan at ini berguna untuk menambahkan keterangan yang membuat bahasa tersebut dapat diterima secara logika. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sebuah hubungan yang koheren antara konsep tatabahasa dan konsep metafor spasial An Instrument Is a Companion.
Kesimpulannya, kita dapat mengkonsepkan kalimat yang secara metafora memiliki konsep spasial dengan linguistik yang mampu memisahkan property spasial seperti jarak, bentuk  dan hubungan. Bahkan, metafora yang menjelaskan tentang orientasi tataurutan linear juga dapat menentukan bagaimana intonasi pengucapan sebuah kalimat. Sebagaimana dijelaskan diatas, keberurutan konsep linguistik hanya dapat terlihat jelas dan masuk akal saat ditunjukkan melalui metafora karena linguistik dan metafor memiliki hubungan secara spasial. Hal itu diperjelas dengan pernyataan Lakoff “In the other words, syntax is not independent of meaning, especially metaphorical aspects of meaning”. (Lakoff, 1980:138)
Empat konsep spasial metafor diatas yang telah dijelaskan melalui ilmu linguistik, akan sangat membantu dalam memahami pemakaian-pemakain metafora lainnya, khususnya dalam karya sastra. Sebagai contoh, dapat diambil dari kutipan puisi Alfred Lord Tennyson yang berjudul The Eagle;He clasps the crag with crooked hands”(Perrine, 1969:5). Dalam kutipan tersebut, Tennyson menggunakan metafora crooked hands untuk mengkiaskan bentuk cakar elang. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa bentuk penggunaan crooked hands yang secara struktural lebih panjang (berbentuk frasa) daripada menggunakan kata claws untuk cakar, memberikan makna dan pengertian yang lebih mengenai bentuk dari cakar elang (More of Form Is More of Content).
Metafor yang berarti kiasan bukanlah sebuah kosakata yang asing dalam ilmu sastra. Metafora banyak sekali digunakan dalam gaya bahasa penulisan karya sastra baik itu puisi, prosa, maupun drama. Namun ternyata, pembahasan tentang metafor tidak hanya berhenti pada esensinya sebagai sebuah gaya bahasa dalam karya sastra yang berfungsi untuk memperindah bahasa sastra. Lebih dari itu, metafora dapat di analisis bentuk dan fungsinya melalui pendekatan linguistik. Melalui teks ini, Mark Lakoff menganalisis bentuk dan fungsi metafor melalui pendekatan linguistik untuk mendapatkan penjelasan yang lebih logis tentang bagaimana metafora dapat memberikan makna yang berbeda (makna kiasan).
Sumber:

Lakoff, George & Johnson. Mark. 1980. Metaphors We Life By. Chicago: The University of Chicago Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar