Minggu, 21 April 2013

GAGAL (lagi)

Tuhan, bagaimana aku harus berbicara lagi? Doa, restu, kesungguhan semua sudah kuniati dan kugambar dalam nyata.
Tuhan, bagaimana aku harus berbicara lagi? Bahkan luh ini sudah tidak sanggup lagi memikul kecewa.
Tuhan, bagaimana aku harus berbicara lagi? Kepada perempuan di sampingku, yang kusebut Ibu.
Tuhan, bagaimana aku harus berbicara lagi? Kepada lelaki penjagaku, yang kusebut Bapak.
Lelah ini tak seberapa jika aku harus menahan, tapi lelah ini menjadi maha besar jika itu karena mereka yang kusebut Bapak dan Ibu.

Sejauh itukah Kau letakkan keberuntunganku?
Apa di dasar laut? karena Kau tahu aku tak pandai berenang.
Apa di atas pohon? karena Kau tahu aku tak pandai memanjat.
Apa di atas bukit? karena Kau tahu aku tak pandai mendaki.
Kenapa tak sekali saja, "itu" Kau letakkan di akhir buku, karena aku pandai membaca.

Aku gagal lagi. Gagal mendapatkannya, juga gagal melukis lega di wajah mereka yang kusebut Bapak dan Ibu.
Tuhan, jika saja, Kau mau mengabulkannya, jika bukan untukku, maka kabulkanlah untuk mereka yang kusebut Bapak dan Ibu.